Gembel Terdidik

Setelah menulis 1000 kitab, Syaikh ini melemparkan nya ke dalam sungai


   Ada sebuah peristiwa unik yang ditulis Abu al-Faraj ibn al-Jauzi dalam salah satu karyanya, yaitu bahwa Syaikh Abu al-Qasim al-Qusyairi r.a bermukim di dekat sebuah sungai. Dia adalah seorang yang cerdas, terkenal sebagai orang yang paling banyak ilmunya dalam bidang ilmu syariat dan hakikat pada masanya, dan telah mengarang 1000 kitab dalam disiplin ilmu yang beraneka ragam. Dia mempunyai seorang murid yang tidak pernah meninggalkannya barang sesaat pun.

   Pada suatu hari, Syaikh Abu al-Qasim mengeluarkan kitab-kitab tersebut, kemudia dia masukkan ke dalam peti yang terbuat dari kayu. Bersama dengan kitab-kitab tersebut, dia meletakkan sebuah mushaf yang mulia. Peti itu kemudian dia kunci.

   Lalu dia berkata kepada muridnya, “Ambillah peti ini, bawa ke sungai Jaihun, dan lemparkan ke sana!” Dibawalah peti itu oleh sang murid. Dia pergi dari hadapan sang guru.

   Dalam dirinya dia berkata, “Mengapa aku harus melemparkan 1000 kitab karangan Guru, padahal dia telah dengan susah payah menyusunnya dan umurnya telah dihabiskan dalam menyusunnya.” Sang murid kembali kerumahnya, kemudian dia datang kepada sang Guru.

Sang Guru berkata kepadanya, “Apakah engkau telah melemparkan peti itu ke sungai?”

Sang murid menjawab “Sudah”.

Sang guru berkata “Apa yang engkau lemparkan saat engkau melempar?”

Sang murid menjawab, “Saya tidak melemparkan  apa pun.”

Sang guru berkata, “Pergilah, dan lemparkan peti itu, jangan membangkang!”

   Sang murid pun pergi, lalu dia lemparkan peti ke sungai. Setelah peti itu dilemparkan, dari air muncul tangan menyambar peti tersebut dan mengambilnya.

Sang murid bertanya, “Siapa engkau?”

Dia menjawab, “Aku adalah hamba Tuhanku yang diperintahkan untuk menjaga peti ini.”

   Sang murid pulang ke gurunya dan berkata, “Aku telah melemparkannya. Tiba-tiba keluar tangan menyambar peti itu.” Sang guru berkata, “Sekarang engkau benar-benar telah melemparnya.”

   Selanjutnya, sang murid merasa sedih memikirkan peti, tetapi dia tidak mampu untuk bertanya kepada gurunya apa penyebab peti tersebut dilemparkan ke sungai dan siapakah orang yang mengambilnya.

   Sang guru mengetahui keinginan muridnya. Maka, pada suatu hari dia berkata, “Hai fulan, apakah engkau ingin mengetahui kebenaran keadaan peti?” Sang murid menjawab, “Benar, wahai tuanku.”
Sang guru berkata, “Sesungguhnya apabila nanti Dajjal telah keluar, maka tidak akan ada satu pun kitab yang tersisa di muka bumi. Pada saat itu, turunlah ‘Isa a.s. dan akan membunuh Dajjal. Dia berpegang kepada syariat Muhammad saw. Dan diperintahkan oleh Allah untuk menghukumi dengan syariatnya.

   Oleh karena itu, dia mencari mushaf dan kitab-kitab, tetapi dia tidak menemukan. Ketika itu turunlah Jibril a.s dan berkata kepada ‘Isa a.s, “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk pergi ke sungai Jaihun. Sesampainya di sana, hendaklah engkau shalat dua rakaat, kemudia engkau menyeru, ‘Hai Aminullah (Kepercayaan Allah), serahkanlah kepada saya peti yang berisikan kitab-kitab Abu al-Qasim Al-Qusyairi. Sebab, sesungguhnya Allah telah memerintahkanku untuk menghukumi di antara orang-orang dengan syariat Muhammad.”

   Maka, berangkatlah Isa a.s. dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Jibril. Dengan kekuasaan Allah, sungai membelah dan mengeluarkan peti tersebut. Diambillah peti itu oleh ‘Isa a.s. Ketika dibuka, di dalamnya dia menemukan mushaf dan sejumlah kitab. Dia baca kitab-kitab tersebut, kemudian dia menghukumi di antara manusia sesuai dengan tuntunannya.” Demikianlah yang dinukil oleh Ibn al-Jauzi.

Key : Syaikh Abu al-Qasim al-Qusyairi, Kisah Isa | setelah | ketika | turunnya Dajjal, Peti disungai Jaihun, Kisah nabi Isa a.s.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
Gembel Terdidik